BUDIDAYA TANAMAN KENTANG
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Budidaya Tanaman)
Oleh
I Komang Erwin 1214131044
Ni Made Anggiasari 1214131072
Yohana Agustina Gultom 1214131112

JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kentang
merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi
setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari dan
berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang
berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini
juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah
yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua
akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang
tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa
yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar
abad ke 17 atau 18.
Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Karya ilmiah ini mencoba membahas tentang budidaya tanaman kentang di Indonesia.
Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Karya ilmiah ini mencoba membahas tentang budidaya tanaman kentang di Indonesia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
- Mengetahui syarat pertumbuhan tanaman kentang.
- Mengetahui persiapan lahan sebelum penanaman kentang.
- Mengetahui proses pembenihan.
- Mengetahui proses pemupukan tanaman kentang
- Mengetahui proses penyiraman tanaman kentang.
- Mengetahui Pendangiran dan penyiangan tanaman kentang.
- Mengetahui proses pembumbunan tanaman kentang.
- Mengetahui proses pemangkasan bunga.
- Mengetahui Varietas Tanaman Kentang.
- Mengetahui organisme pengganggu tanaman kentang.
- Mengetahui proses panen tanaman kentang.
- Mengetahui proses pasca panen tanaman kentang.
- Mengetahui Standar Produksi tanaman kentang.
II. TEKNIS
BUDIDAYA
2.1 Syarat Pertumbuhan Tanaman
Kentang.
Menurut
Bambang cahyono, 1996 menyatakan Tanaman kentang akan tumbuh baik dan
dapat memberikan hasil yang tinggi (jumlah ton/ha) apabila ditanam di tempat
yang keadaan lingkungannya sesuai dengan syarat tumbuhnya. Pembudidayaan yang
dilakukan tanpa memperhatikan keadaan ekologi yang sesuai merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya kegagalan panen.
Dalam
budidaya tanaman kentang, keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap
tumbuhnya tanaman adalah keadaan tanah dan keadaan iklim. Keadaan tanah yang
perlu mendapat perhatian adalah letak geografis tanah, keadaan topografi tanah,
keadaan sifat fisika-kimia tanah dan biologis tanah. Sedangkan keadaan iklimnya
adalah meliputi keadaan suhu dan kelembaban udara, keadaan curah hujan,
penyinaran cahaya matahari dan angin. Adapun kesesuaian dari masing-masing
keadaan lingkungan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut dibawah ini:
- Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat.
Tanaman
kentang umumnya dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000
m dpl). Namun sebagai pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada
ketinggian 500 m dpl. seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m
dpl, seperti di daerah Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga
berhubungan erat dengan keadaan iklim setempat yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, seperti keadaan suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan
kelembaban udara, dan keadaan penyinaran cahaya matahari.
Semakin
tinggi letak geografis tanah, maka keadaan suhu udara akan semakin turun dengan
laju penurunan sebesar 0,5˚C setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut.
Sedangkan intensitas cahaya matahari dan kelembaban udaranya semakin tinggi.
Demikian pula keadaan curah hujan akan semakin tinggi (Bambang cahyono, 1996).
- Keadaan Topografi Tanah.
Keadaan
topografi tanah atau derajat kemiringannya juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang, terutama berpengaruh terhadap
besarnya biaya eksploitasi atau biaya pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan
untuk pembukaan tanah pada daerah yang topografinya miring akan lebih besar
dibanding dengan pembukaan tanah ataupun penanaman yang dilakukan pada daerah
yang keadaan topografinya datar. Sebab, pada daerah yang topografinya miring
maka untuk pembudidayaannya harus dibuat teras-teras dan tanggul-tanggul agar
tidak terjadi erosi yang dapat menghanyutkan unsur-unsur hara dan merusak
tanaman akibat longsornya tanah. Maka, pembukaan pada tanah yang miring
diperlukan biaya tambahan untuk pembuatan teras-teras dan tanggul-tanggul
tersebut.
Untuk
menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi
yang keadaan topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat
teras-teras ataupun tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa
harus menggunakan tanah yang miring, hendaknya harus memperhitungkan derajat
kemiringan tanahnya. Untuk pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat
kemiringan tanah harus dibawah 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30%
sudah merupakan faktor penghambat untuk budidaya tanaman sehingga sudah tidak
menguntungkan lagi (Bambang cahyono, 1996).
- Keadaan Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah.
Tanaman
kentang dapat tumbuh baik pada segala jenis tanah, akan tetapi pertumbuhan yang
paling baik dan subur adalah pada tanah vulkanis dengan kandungan pasir
sedikit. Pada tanah yang demikian itu tanaman akan menghasilkan kualitas
kentang yang baik. Sedangkan struktur tanah yang sesuai adalah yang berstruktur
gembur, tanah banyak mengandung bahan organik atau humus, subur, tanah mudah
mengikat air (porous), dan memiliki drainase yang baik. Keadaan tanah yang
padat dan tidak porous dapat menghambat pertumbuhan umbi, sehingga umbi yang
akan dihasilkan kecil-kecil. Disamping itu, juga dapat menghambat pertumbuhan
tanaman.
Sifat fisika
tanah yang baik akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil
panen, karena sifat fisika tanah berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen
dan ketersediaan oksigen di dalam tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan
akar dan jasad-jasad renik tanah dalam membantu menguraikan bahan-bahan organik
menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman: sifat fisika tanah yang baik juga
dapat meningkatkan pembuangan air (drainase) sehingga dapat mencegah
penggenangan air. Pada struktur tanah yang gembur dapat memudahkan akar tanaman
menembus tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
perakaran, pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan umbi.
Dengan sifat
fisika tanah yang baik dapat mencegah erosi, yang berarti dapat mencegah pula hilangnya
unsur-unsur hara tanah.
Keadaan
kimia tanah atau keasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah yang
memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5 – 6,5. Jika tanah yang akan ditanami
keasamannya tinggi, yaitu nilai pHnya rendah maka keasaman tanah perlu
diturunkan dengan menaikan nilai pH tanah melalui pengapuran. Sedangkan apabila
nilai pHnya tinggi diatas 6,5 maka perlu diturunkan dengan memberikan belerang
pada tanah.
Derajat
keasaman tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada tahap
awal pertumbuhan dan terhadap perkembangan umbi setelah umbi terbentuk. Keadaan
derajat keasaman juga berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan
aktivitas jasad renik tanah dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah
yang sangat asam (nilai pH kurang dari 4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari
9) sudah merupakan racun bagi tanaman.
Keadaan
biologis tanah atau keberadaan organisme tanah berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah karena berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik tanah
menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sangat
dipengaruhi oleh keadaan sifat fisika tanah dan keasaman tanah (Bambang
cahyono, 1996).
- Keadaan Suhu dan Kelembaban.
Keadaan suhu
udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara
15˚C – 20˚C
dengan kelembaban udara antara 80% – 90%. Suhu udara yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dapat menyebabkan pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan
produksi, hal ini disebabkan karena aktivitas metabolisme tanaman menurun.
Demikian pula kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
terganggunya pertumbuhan karena penyakit, terutama yang disebabkan oleh
cendawan (Bambang cahyono, 1996).
- Keadaan Curah Hujan.
Daerah
dengan curah hujan 1.200 – 1500 mm/tahun merupakan daerah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kentang. Curah hujan yang terlalu tinggi (banyak hujan)
tanaman menjadi peka terhadap serangan penyakit busuk batang atau akar.
Disamping itu, mutu umbi yang dihasilkan jelek, yakni umbinya kecil-kecil,
kulit umbi tipis dan mudah mengelupas. Dengan demikian produksinya menjadi
rendah (Bambang cahyono, 1996).
- Faktor Penyinaran Matahari.
Penyinaran
cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses
fotosintesis. Lamanya penyinaran cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu
(kapan) umbi terbentuk dan lamanya proses perkembangan berlangsung. Kisaran
lamanya penyinaran cahaya matahari bervariasi antara 10 – 16 jam per hari,
tergantung varietasnya. Namun, faktor cahaya yang penting berpengaruh terhadap
pembentukan umbi adalah intensitas cahaya.
Tanaman
kentang memerlukan intensitas cahaya yang besar. Semakin besar intensitas
cahaya yang dapat ditangkap atau diterima akan mempercepat pembentukan umbi dan
waktu pembungaan. Intensitas cahaya matahari yang lemah akibat keadaan cuaca
yang buruk atau karena tertutup pepohonan disekitar tanaman dapat menyebabkan
tanaman tumbuh memanjang, kurus, lemah, dan pucat. Akibatnya proses pembentukan
umbi terhambat (Bambang cahyono, 1996).
- Keadaan Angin.
Angin yang
kencang dan berkelanjutan secara langsung dapat merusak tanaman, seperti
robohnya tanaman, patahnya ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan
pengaruhnya secara tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin
berpengaruh terhadpa kondisi tanah, yakni angin yang kencang dapat mempercepat
penguapan air tanah sehingga menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras.
Keadaan ini dapat mempengaruhi jumlah imbangan antara udara dan air di dalam
tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Dengan demikian tanaman akan
terganggu pertumbuhannya dan keadaan tanah yang mengeras dapat menghambat
pertumbuhan umbi (Bambang cahyono, 1996).
2.2. Persiapan Lahan
2.2.1 Mencangkul Tanah
Tanah harus
dicangkul sedalam 30-40 cm. setelah dicangkul, tanah dibiarkan beberapa hari
agar mendapat sinar matahari sehingga peredaran udara lancer serta hama dan
bakteri bisa terbunuh.
2.2.2. Menggemburkan Tanah
Setelah
dicangkul, tanah harus dilembutkan dan digemburkan. Tanaman kentang hanya bisa
tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur sekali. Dalam tanah yang gembur, akar
kentang sebagai asal terjadinya umbi bisa berkembang secara maksimal. Tanah
yang kurang gembur dapat menghambat proses terjadinya umubi. Untuk
menggemburkan tanah dapat digunakan cangkul berukuran sedang atau garu.
2.2.3.
Membuat Bedengan
Bedengan
perlu dibuat sebagai tempat penanaman kentang. Bedengan bisa memudahkan petani
untuk memelihara tanaman kentang. Dengan bedengan, tanaman kentang tidak akan
tergenang air jika hujan turun.
Bedengan sebaiknya dibuat membujur kea rah barat-timur. Lebarnya lebih kurang 70 cm (untuk satu jalur tanaman) atau 140 cm (untuk dua jalur tanaman). Panjangnya disesuaikan kondisi tanah. Tinggi bedengan lebih kurang 15 cm. parit bedengan lebarnya lebih kurang 25 cm.
Parit-parit bedengan selain berfungsi sebagai jalan untuk merwat tanaman, juga sebagai saluran air. Oleh karena itu, parit-parit bedengan ini dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir lancer bila turun hujan.
2.2.4.
Membuat Saluran Air
Saluran air
dibuat untuk pembuangan dan untuk mengalirkan air. Hal ini dimaksudkan agar air
tidak menggenang di parit-parit bedengan.
Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
2.2.5.
Meratakan Tanah
Proses
mertakan tanah ini perlu dilakukan agar permukaan bedengan rata atau datar dan
tidak terdapat bongkahan-bongkahan tanah lagi.
2.3. Pembenihan.
Karena tanaman kentang tidak memerlukan persemaian, maka setelah memilih
bibit yang baik dan disimpan dengan cermat, maka kemudian akan muncul
titik-titik tumbuh. Hal ini menjadi pertanda bahwa bibit sudah bisa ditanam.
Bibit bisa langsung ditanam ditempat yang telah dipersiapkan. Yang harus
dikerjakan terlebih dahulu dalam penanaman, yaitu membuat lubang-lubang tanaman
berupa alur-alur silang. Kemudian, pada titik pertemuan sialang itulah nantinya
bibit kentang ditanam.
Agar
pertumbuhan tanaman dapat sempurna, maka jarak tanaman harus diatur sebagai
berikut:
·
Jarak antara baris 50-65 cm
·
Jarak tanam di dalam baris 30-40 cm
·
Dalamnya tanaman masuk ke tanah 5-10 cm
Pada tanah
berat, bibit ditanam lebih dangkal. Demikian pula pada musim penghujan, bibit
ditanam lebih dangkal agar tidak banyak terendam air. Tetapi, sebaliknbya, pada
musim kemarau bibit kentang ditanam lebih dalam agar tidak mengalami
kekeringan.
Dalam proses
penanaman, tiap-tiap lubang tanaman diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg. Dalam satu
hektar tanaman kentang diperlukan pupuk kandang 20-30 ton.
Letakkanlah
bibit-bibit kentang di atas pupuk kandang dengan kedalaman 7,5-12,5 cm.
Usahakan agar tunas-tunasnya menghadap ke atas. Pada sebelah kanan dan kirinya,
berilah pupuk DS dan ZA sejauh kurang lebih 5 cm dari bibit, yaitu disebelah
kanan diberi pupuk DS sebanyak kira-kira 16 gram dan di sebelah kiri diberi
pupuk ZA sebanyak lebih kurang 16 gram juga. Kemudian, tutuplah
lubang-lubang tanam dengan tanah. Dalam satu hektar tanaman kentang diperlukan
lebih kurang 80-900 kg DS dan ZA.
Dengan lahan seluas satu hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500
kg yang berat tiap umbinya antara 30-40
gram.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
2.4. Pemupukan
Lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa
alur-laur atau garitan-garitan, kemudian diberi pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dihamparkan dalam
garitan-garitan atau diberikan secara setempat diantara umbi kentang yang akan
ditanam. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah kotoran ayam, sapi, kerbau,
kambing, dan burung. Pemberian pupuk kandang minimal tiga hari sebelum tanam.
Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang tersebut sebelum penanaman bibit,
pupuk buatan juga diberikan. Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk
kandang atau diantara umbi bibit dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan
kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung
pada varietas kentang, jenis tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim. Sebagai
pedoman, pemakaian pupuk buatan untuk lahan seluas satu hektar adalah
menggunakan campuran pupuk buatan yang dilakukan 20 hari sekali sebagai
berikut:
a.
Pupuk Urea
sebanyak 400 – 600 kg/ha
b.
Pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha
c.
Pupuk SP36 sebanyak 450 kg/ha
d.
Pupuk KCL
sebanyak 100 kg/ha
2.5.
Penyiraman.
Tanaman
kentang tidak
menghendaki kekeringan, meskipun sangat peka terhadap air yang berlebihan,
terutama air yang menggenang. Jika terlalu kering, maka suhu tanah akan menjadi
panas dan kelembabannya turun. Umbi kentang memerlukan suhu dingin dengan
kelembaban yang tinggi. Pada tanah yang suhu dan kelembabannya tidak stabil,
tanaman kentang akan menghasilkan umbi yang bentuknya tidak menarik dan
benjol-benjol. Penyiraman kentang harus
diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi pada musim kemarau.
2.6.
Pendangiran dan Penyiangan.
Setelah
tanaman kentang berumur kira-kira satu bulan, maka perlu dilakukan pendangiran.
Yakni, tanah disekitar tanaman perlu digemburkan agar peredara udara menjadi
lancar. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik,. Rumput-rumput
yang ada di sekitar tanaman juga perlu dibersihkan agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman kentang.
Proses penggemburan juga disertai dengan peninggian gundukan tanah atau bedengan agar umbi tanaman selalu terkubur. Umbi kentang yang tidak tertutup tanah akan berwarna hijau dan kualitasnya rendah.
2.7. Pembumbunan.
Setelah tanaman kentang berumur 3-4 minggu, maka perlu dilakukan pembumbunan, yakni proses peninggian tanah. Pembumbunan akan memberikan keuntungan bagi tanaman, antara lain:
·
Akan merangsang pembentukan akar baru sehingga umbi
kentang yang dihasilkan bisa semakin banyak.
·
Membantu perkembangan umbi.
·
Memperkokoh berdirinya batang.
Tetapi,
perlu diperhatikan bahwa pembumbunan yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi
karena bisa mengganggu pernapasan tanaman kentang di dalam tanah.
2.8.
Pemangkasan Bunga
Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga.
Oleh karena itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar (bunga masih
kuncup). Kemunculan bunga bisa membuat umbi tumbuhnya kecil-kecil, Karena
terjadi persaingan dalam penggunaan zat makanan untuk pembentukan umbi dan
bunga.
2.9.
Varietas Tanaman
Kentang
Dalam ilmu
botani, varietas kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang
sama. Bila diperbanyak secara generatif atau vegetatif, varietas tanaman yang
sama akan menghasilkan tanaman dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil, dan
rasa yang mantap. Varietas kentang unggul telah banyak beredar di lapangan,
berasal dari pemuliaan di dalam negeri dan atau introduksi dari luar negeri.
Beberapa varietas kentang yang banyak diminati dan dibudidayakan oleh petani
adalah sebagai berikut (Setijo pitojo, 2004) :
a. Varietas Cipanas
Varietas
kentang Cipanas adalah hasil persilangan dari varietas Thung 1510 dan Desiree.
Tanaman kentang Cipanas berumur antara 95 – 105 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 50 cm –
56 cm; batang tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi
lima, dan bersayap lurus; daun tanaman berbentuk oval, berwarna hijau tua dengan
urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berbulu; jumlah tandan bunga
antara 3 – 7 buah; putik berwarna putih dan benang sari berwarna kuning.
Potensi
hasil varietas Cipanas adalah 13 – 34 ton/ha dengan rata-rata 24,9 ton/ha. Umbi
berkulit putih, mata umbi dangkal, dan permukaan umbi rata. Daging umbi
berwarna kuning dan berkualitas sangat baik. Tanaman kentang varietas Cipanas
agak peka terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora
infestans, dan peka terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo
pitojo, 2004).
b.
Varietas Cosima
Varietas
Cosima yang banyak beredar di Indonesia adalah introduksi dari jerman Barat.
Tanaman kentang Cosima berumur antara 100 – 110 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 75 cm; batang
tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan
bersayap rata; daun tanaman berbentuk oval dengan ujung meruncing, berwana
hijau dengan urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga berkisar antara 5 – 11 buah; putik berwarna putih;
benang sari berjumlah lima buah dan berwarna kuning; dan buah berbentuk bulat
pipih.
Potensi
hasil kentang varietas Cosima berkisar antara 19 – 36 ton/ha, dengan hasil
rata-rata 28,5 ton/ha. Kulit umbi berwarna kuning muda dan daging umbi kuning
tua. Umbi kentang varietas Cosima memiliki kualitas sedang. Tanaman kentang
varietas Cosima cukup tahan terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan
terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan agak peka terhadap layu
bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo, 2004).
c. Varietas Segunung
Varietas
Segunung adalah hasil persilangan antara varietas Thung 151 C dan Desiree.
Tanaman kentang Segunung berumur 100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 70 cm; batang
berwana hijau muda berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk segi empat, dan
bersayap bergerigi; daun dan urat utama daun berwarna hijau muda, berbentuk
oval agak bulat dengan ujung runcing, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga delapan buah, putik berwarna putih, dan benang
sari berwarna kuning.
Potensi
hasil kentang varietas Segunung mencapai 25 ton/ha. Umbi berkulit kuning,
halus, dan mata umbi dangkal. Daging umbi berwarna kuning dan berkualitas baik.
Varietas Segunung cukup tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans
dan cocok ditanam di dataran tinggi (Setijo pitojo, 2004).
d. Varietas Granola L.
Varietas
Granola L. adalah hasil introduksi dari Jerman Barat. Tanaman kentang varietas
Granola L. berumur antara 100 – 115 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman 65 cm; batang berwarna hijau,
berpenampang segi lima, dan bersayap rata; daun berwarna hijau dengan urat
utama hijau muda, berbentuk oval, dan permukaan daun bagian bawah berkerut;
jumlah tandan bunga berkisar antara 2 – 5 buah, putik berwarna putih; dan
memiliki 5 buah benang sari berwarna kuning.
Potensi
hasil rata-rata 26,5 ton/ha. Umbi berbentuk oval, berkulit kuning sampai putih,
dan bermata dangkal. Daging umbi berwarna kuning. Varietas Granola L. tahan
terhadap PVA dan PVY, namun agak peka terhadap layu bakteri Pseudomonas
solanacearum dan busuk daun Phytophthora infestans (Setijo pitojo,
2004).
e. Varietas Atlantik Malang
Varietas
Atlantik Malang merupakan introduksi dari Wisconsin, Amerika. Tanaman
kentang varietas Atlantik Malang berumur 100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 50 cm; batang
berwarna hijau dan berpenampang agak bulat; daun dan urat utama daun berwarna
hijau; permukaan bawah daun bergelombang; jumlah tandan bunga antara 1 – 2
buah; putik berwarna hijau; dan benang sari yang berwarna kuning.
Potensi
hasil varietas Atlantik Malang berkisar antara 8 – 20 ton/ha. Kulit dan daging
umbi berwarna putih, serta mata umbi dalam. Varietas Atlantik Malang tahan
terhadap nematoda (Setijo pitojo, 2004).
f. Varietas Merbabu-17
Varietas
Merbabu-17 adalah hasil persilangan antara IP 81001-1 dan MF-1. Tanaman kentang
varietas Merbabu-17 berumur antara 90 – 120 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman lebih dari 100 cm;
batang tanaman berwarna hijau; daun tanaman berwarna hijau tua; dan bunga
berwarna putih keunguan.
Potensi
hasil varietas Merbabu-17 mencapai 24 ton/ha. Umbi berbentuk oblong, memiliki
kulit berwarna kuning berbintik-bintik, bermata dangkal, dan daging umbi
berwarna kuning. Varietas Merbabu-17 bersifat agak tahan terhadap hama
penggorok daun L. huidobrensis dan tahan terhadap busuk daun Phytophthora
infestans (Setijo pitojo, 2004).
2.10. Organisme Pengganggu Tanaman
A.
Hama
Hama yang sering
menyerang tanaman kentang adalah :
1.
Kutu Daun
(Aphididae)
Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran
kecil (1 – 2mm) dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun. Salah satu jenis kutu daun yang dikenal
secara umum adalah kutu aphis (Aphis gossypii), kutu daun persik atau
tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng, wereng (Thrips).
Aphis gossypii dan Myzus persicae bisa dikatakan serupa tapi tak sama. Aphis gossypii berwarna hijau, kehitam-hitaman, sampai kuning kecoklat-coklatan. Sedangkan Myzus persicae sayapnya berwarna kehitam-hitaman, permukaan tubuhnya hijau, kuning sampai merah kecoklat-coklatan. Keduanya mengisap cairan daun atau bagian daun yang masih muda. Daun yang diserang akan berkeriput berkerut-kerut karena cairannya dihisap. Tanaman tumbuh kerdil, warna daunnya kekuning-kuningan, daun menggulung, kemudian layu,dan akhirnya tanaman tidak hanya terhambat pertumbuhannya melainkan bisa juga mati.
Pada suhu di atas 25 ºC, umur kutu dewasa menjadi pendek. Pada suhu udara diatas 28 ºC reproduksi akan terganggu. Bila kelembaban udaranya secara konstan relatif tinggi, akan mempengaruhi pertumbuhan kutu muda. Sebab yang diinginkannya adalah kondisi yang sebaliknya yaitu kelembaban yang rendah. Yang paling ditakuti petani adalah hama tersebut dianggap sebagai penular (vektor) penyakit PLVR (Potato Leaf Roll Virus), terutama saat umbi kentang disimpan di gudang.
Kutu Trips atau gurem bergerak lincah. Ukurannya sangat kecil (1 mm) sehingga sulit dilihat mata. Daun yang diserang berkeriput, berbintik-bintik kuning, kaku, menebal. Sedangkan bagian bawah daun yang diserang berwarna keperak-perakan. Serangan pada tanaman yang sudah tua, daun tampak menggulung dan tanaman tumbuh kerdil. Selain menyerang daun, thrips ditemukan juga menyerang tunas baru tumbuh dari umbi kentang (bibit kentang), (Rukmana, R. 1997).
Untuk mengendalikan hama ini, langkah langkah yang dapat dilakukan adalah:
a. Membersihkan lingkungan sekitar
dari tumbuhan liar (gulma) dan membakar bagian tanaman yang diserang.
b.
Menanam tanaman
perangkap yang tumbuhnya lebih tinggi dari tanaman kentang, ditanam di
pinggiran lahan. Jenis tanaman perangkap antara lain tanaman jagung,
bunga matahari, atau tanaman yang bunganya cenderung kuning atau
kekuning-kuningan.
c. Pada serangan yang demikian hebat, setiap daun dapat ditemukan aphis sebanyak 7 ekor.
d.
Penyemprotan
pestisida (insektisida) yang sesuai untuk aphis dapat dilakukan jika diperlukan.
- Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
Ulat ini
termasuk kedalam Ordo Lepidoptera. Famili Gelechiides. Lepidoptera
berasal dari kata Yunani yaitu Lepidopteros. Lepidos artinya sisik,
pteros artinya sayap. Serangga dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi
hama adalah Larvanya, larva berbentuk ulat. Serangan ulat ini dimulai
Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi merah tua. Kemudian
muncul jalinan seperti benang yang didalamnya berisi ulat kecil berwarna
kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi larva. Menggulungnya daun
karena permukaan daun sebelah atas rusak.
Serangan ini
tidak hanya terjadi dilapangan, tetapi juga di tempat penyimpanan atau gudang.
Umbi yang diserang ditandai dengana adanya kotoran disekitar mata tunas.
Ulat ini juga juga dikenal dengan nama taromi, selisip, atau selundup atau PTM (Potato Tuber Mouth) itu, diduga juga sebagai hama yang mengundang datangnya serangan jamur penyebab penyakit Fusarium. Daur hidup hama ini cukup lama. Di daerah seperti Bogor (kurang dari 1.000 m dpl) hama tersebut bisa hidup sampai 25 hari. Namun, didataran 1.200 m dpl bisa hidup sampai 40 hari. Pastinya, Phthorimaea operculella tergolong hama berbahaya karena bisa merusak hasil panen, baik yang lapangan maupun yang disimpan di gudang.
Pada stadia
dewasa, hama berupa kupu-kupu berwarna keabu-abuan. Kupu-kupu tersebut aktif di
malam hari dan tidak aktif pada siang hari. Ia bersembunyi di tempat yang
sulit dipantau (bagian bawah tanaman) Telurnya kecil sekali , bisa ditemui di
bawah daun atau di atas umbi. Peletakan telur di atas umbi, bila umbi tidak
tertutup tanah seluruhnya. Makanya umbi yang disimpan digudang kerap
dijadikan sasaran.
Setelah telur
menetas, keluar ulat yang kemudian merusak daun dan umbi dengan cara
melubanginya. Setelah ulat berubah menjadi pupa, kononnya akan terlihat seperti
ditutupi butiran tanah. Bila di gudang, pupa akan berada di luar umbi atau di
atas rak.
Pemberantasan
secara mekanis dapat dengan memangkas daun ataupun umbi yang telah terinfeksi
dan yang telah tertempeli telur dan nimfanya. Sedangkan penyemprotan secara
kimia dengan penyemprotan pestisida.
Upaya pengendalian hama yang dilakukan, antara lain:
Upaya pengendalian hama yang dilakukan, antara lain:
a. Hindari penanaman kentang pada musim kemarau.
b.
Hindari
terjadinya keretakan tanah karena lewat retakan ini larva akan masuk ke dalam
tanah dan tanah akan merusak umbi.
c.
Seiring
melakukan pembumbunan untuk mencegah larva masuk ke dalam tanah.
d.
Umbi yang
disimpan di gudang harus diseleksi betul. Untuk itu, guna mengetahui mata umbi yang baik dan mana yang tidak, biarkan umbi selama dua minggu
terhampar dilantai (yang sudah dibersihkan juga). Bila umbi tetap bersih,
berarti bebas hama tersebut. Tapi bila dua minggu kemudian ternyata permukaan
umbi mulai kotor, berarti telur hama tersebut mulai menetas. Sebaiknya umbi ini
langsung dibuang saja.
e.
Bila diperlukan
gunakan insektisida yang dianjurkan. Dapat menggunakan insektisida biologi
antara lain Bacillus thuringiensis atau baculovirus.
B.
Penyakit
1. Penyakit Hawar Daun
Phytophthora
infestans termasuk kedalam kelas Oomycetes, Ordo
Peronosporales yang menyebabkan penyakit hawar daun kentang dan busuk kentang. Organisme
yang semula dianggap sebagai anggota fungi / jamur ini ternyata merupakan
protista dan menjadi penyebab kelaparan besar pada tahun 1845 di Irlandia dan
pada tahun 1846 di Dataran Tinggi Skotlandia, dan menyebabkan emigrasi
besar-besaran ke Amerika Serikat.
Miselium P. infestans yang terdiri
dari benang-benag hifa yang tidak bersekat dan mengandung banyak inti yang
diploid (Brasier & Sansome, 1975), tumbuh diantara sel-sel tanaman
inang. Makanan diperoleh dari dalam sel yang diserap oleh kaki miselium.
Sporangiofora bercabang-cabang dengan sifat percabangan simpodial dan
pertumbuhannya indeterminate. Pada ujung sporangiofora terbentuk
sporangia, dan ini terjadi sebelum cabang baru yang mendesaknya ke samping
tumbuh. Sporangiofora muncul kepermukaaan jaringan melalui stomata.
Sporangium berbentuk bulat telur atau menyerupai buah jeruk limau, berpapila,
berukuran 27 – 30 x 15 – 20 mikron. Pada temperatur diatas 20 ºC sporangium berkecambah langsung membentuk buluh kecambah sedang dibawah
temperatur tersebut zoospora. Jadi sporangium dapat berfungsi sebagai
konidium maupun sebagai zoosporangium, tergantung pada temperatur
lingkungannya. Di gudang penyimpanan, penyakit berkembang dan bila umbi ditanam
tuna-tunas yang tumbuh menunjukan gejala penyakit.
Menurut Sato (1979) infeksi umbi di lapang terjadi pada tanah yang bersuhu
18 ºC atau lebih rendah. Di dalam tanah , sporangium tidak dapat
bertahan lama. Pada 20 ºC sporangium masih tetap hidup selama 5 minggu,
sedang pada suhu 30 ºC hanya 7 hari (Suhardi, 1982).
Pada umumnya penyakit busuk daun kentang dijumpai setelah tanaman
berumur 5 – 6 minggu. Mula-mula serangan penyakit ini hanya dijumpai ada
daun-daun bawah, kemudian merambat ke atas, ke daun-daun yang lebih muda.
Gejala pertama ialah terdapat bercak kebasah-basahan dengan tepian yang
tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak kemudian melebar dan
terbentuklah daerah nekrotik yang berwarna coklat. Melingkari daerah
nekrotik ini terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang menghasilkan
sporangium berwarna putih. Penyakit dapat terjadi pada tangkai anak daun
, warna coklat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi. Pada ujung batang, penyakit berupa nekrotik yang
cepat berkembang pada jaringan tanaman yang masih muda. Apabila
kelembaban udara rendah bercak-bercak nekrotik cepat mengering dan jaringan
sakit menjadi mengkerut, melengkung, atau memutar. Kulit umbi kentang
yang berpenyakit melekuk dan agak
berair. Bila dibelah, daging umbi
berwarna coklat.
Pengendalian terhadap penyakit lodoh antara lain dengan sanitasi
lahan pertanaman. Lantas menanam bibit yang sehat dan varietas yang tahan
terhadap serangan penyakit tersebut.
Selanjutnya, menanam tanaman pagar seperti jagung atau yang lain sebagai
penghalang penyebaran spora dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
Tanaman penghalang ini juga sebagai pencegah serangan serangga yang mungkin
menjadi vektor penyebar penyakit tersebut.
2. Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh streptomycetes scabies (Thaxt) Waks
& Henrici, yaitu merupakan termasuk ke dalam kelas
Thallobacteria. Streptomyces spp. merupakan genus
paling besar dari ordo Actinomycetales yang termasuk gram
positif (Tyo, 2008).
Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di tanah dan tumbuhan yang membusuk. Streptomyces spp.
memiliki bau khas yang dihasilkan dari metabolisme dan geosmin yang menguap
(Agrios, 2005).
Streptomyces spp. merupakan
bakteri penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-cabang dengan ukuran
antara 0,5-2,0 µm dan membentuk rantai spora pada ujung hifa udara dengan
diameter 0,5-2,0 µm. Streptomyces spp. bersifat aerobik,
oksidatif, dan sedikit asam yang diakumulasi dalam medium (Goto, 1992).
Infeksi berlangsung melalui sel-sel umbi- umbi muda,
terutama bila keadaan tanah kering (Adam & Lapwood, 1978). Dilaporkan
oleh Lewis (1970) bahwa bila tanah dipertahankan pada potensial air 80 joule
per kg pada kedalaman 25 cm selama masa pertumbuhan kentang, maka banyak terjadi infeksi kudis. Disamping menyerang kentang, S.scabies
menyerang Turnip, bit dan radish (Hodgson et al., 1974).
Kudis biasanya tidak terjadi pada pH dibawah 5, tetapi pada pH 6 atau lebih
dapat meningkatkan serangan.
Gejala penyakit ini tidak tampak pada bagian di atas permukaan tanah.
Kulit permukaan umbi terdapat borok-borok kudis yang menonjol keluar dan
biasanya berdiameter 5 – 8 mm. Mula-mula gejala hanya bercak kecil berupa
pecahan seperti bintang, kemudian berkembang meluas dan berwarna gelap.
Scab banyak berjangkit pada musim kering dengan temperatur optimum 25 ˚C – 30
˚C.
Pengendalian penyakit ini yaitu menanam umbi yang sehat dan merotasi
kentang denga leguminosae 3 – 5 tahun. Pencelupan umbi ke dalam formalin
0,05 persen selama satu jam akan mencegah penularan penyakit melalui
umbi. Gunakan pupuk yang agak asam seperti amonium sulfat.
Pertanaman diairi secukupnya dan teratur pada masa awal pertumbuhan (Lapwood et
al., 1973).
3.
Layu bakteri.
Penyakit ini masuk ke dalam tanaman melalui akar yang terluka. Bagian yang terserang adalah umbinya. Kulit umbi berbecak
cokelat. Gejala itu menjalar hingga batang. Kalau bagian batangnya
dipotong dan kemudian ditekan, dari bekas potongan akan mengeluarkan cairan
yang warnanya seperti susu. Akibat selanjutnya terjadi kelayuan pada
seluruh daun tanaman, yang dimulai dari bagian pucuk.. Kemudian berwarna
cokelat, dan biasanya hanya dalam tempo beberapa hari, tanaman akan mati.
Serangan layu bakteri terbanyak pada musim hujan atau pada udara lembab. Penularan penyakit
dilapangan terjadi dalam tanah, mungkin lewat rembesan air atau percampuran
dengan tanah yang sudah terinfeksi. Sedangkan penularan digudang dapat
disebabkan karena tercemarnya gudang oleh umbi yang sudah terjangkiti penyakit
ini.
Penyakit layu bakteri dikenal sebagai layu bakteri ralstonia akibat bakteri
Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Gejala umum serangan,
beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu; daun tua dan daun bagian bawah
menguning, atau tanaman layu sebagian atau keseluruhan dengan bagian daun yang
menguning lalu mati. Gejala ini seperti tanaman yang kekurangan
air. Bila tanaman dicabut tanaman masih kokoh karena sistem perakarannya
tidak terganggu.
Bila umbi yang terinfeksi, ketika dilakukan pemanenan, akan tampak
”lengketan tanah” yang menempel pada ujung stolon atau bagian mata umbi atau
bagian ujung umbi. Lengketan tanah ini akibat lendir yang keluar dari
bagian yang terinfeksi. Bila umbi dibelah , maka akan tampak disklorasi
atau warna cokelat disekeliling vaskulernya (melingkar) dan berlendir berwarna
putih susu atau keabu-abuan.
Layu bakteri tersebut menular melalui tanah (soil borne patogen) atau
melalui peralatan pertanian. Sedangkan suhu tinggi dan kelembaban tinggi sangat
menguntungkan bagi bakteri. Suhu optimum
bagi perkembangan bakteri 27 – 37 ˚C dan suhu yang menghambat pertumbuhannya 8
– 10 ˚C.
Pengendalian penyakit ini meliputi pemakaian umbi yang sehat, melakukan
rotasi dengan tanaman bukan tanaman inang minimal 4 tahun, mengeringkan tanah pada
musim kemarau, mengurangi pelukaan karena mekanis maupun karena nematoda,
penyemprotan tanaman dengan Agrimisin 15/1.5 WP, serta menerapkan tindakan
eradikasi dan sanitasi.
4.
Penyakit Layu
Fusarium.
Penyebab layu ini disebabkan oleh jamur Fusarium solani (Mart) Sacc,
yaitu jamur yang dapat bertahan di dalam tanah sebagai saprob atau dalam bentuk
klamidospora. Dalam bentuk klasmidospora patogen dapat bertahan paling
tidak selama 5 tahun di dalam tanah bera (Booth & Waterston). Jamur
ini menghasilkan mikrokonidia bening, silindris, berukuran 9 - 16 x 2 – 4
mikron. Makrokonidia berbentuk silindris atau seperti perahu
bersekat-sekat dan berukuran 40 – 100 x 5 – 7,5 mikron.
Menurut Hodsgon, dkk., (1974), penyebab penyakit ini bertahan dalam tanah
atau umbi yang terinfeksi di gudang. Bila umbi yang
terinfeksi ditanam, jamur akan menginfeksi akar dan menjalar melalui tanaman ke umbi.
Penyakit ini pada umumnya timbul di daerah yang beriklim kering seperti di
Jawa Timur. Serangan penyakit ini sering bersama-sama dengan penyakit kanker batang (Suhardi dkk., 1976).
Gejala penyakit tersebut diawali dengan pertumbuhan tanaman yang tampak tidak normal,
daun-daun berwarna hijau suram. Dimulai dari daun-daun bawah kelayuan berkembang
ke atas. Daun-daun yang layu kemudian menguning dan akhirnya
mengering. Daun-daun pucuk tetap hijau.
Bila batang
kentang disayat, tampak kayunya berwarna coklat. Kadang-kadang pencoklatan juga dijumpai pada pembuluh tangkai daun.
Pada tanah yang basah dan dingin, bagian batang di bawah permukaan tanah dapat
menjadi busuk, tanaman layu dan mati (Hodgson dkk., 1974). Umbi-umbi yang
terserang melekuk pada ujung stolon dan terjadi pencoklatan pembuluh sampai ke
kedalaman yang beragam. Bila mencapai mata umbi, maka tidak akan membentuk
tunas (French, 1972).
Pengendalian penyakit layu fusarium
dilakukan sejak awal yaitu, sanitasi lahan dan menanam bibit yang sehat.
Ketika panen jangan sampai umbi terluka dan sebelum disimpan umbi direndam
dengan fungisida dulu (umbi untuk benih atau bibit). Ketika panen, umbi
betul-betul berasal dari tanaman yang jaringannya sudah mati. Kemudian,
umbi jangan disimpan dalam gudang yang lembab. Sistem pertukaran udara
atau ventilasi gudang harus baik. Jangan sering menggeser-geser umbi
digudang sampai umbi siap tanam.
Hal lain yang
perlu diperhatikan juga adalah :
a. Melakukan pergiliran tanaman yang bukan tanaman terung-terungan.
b.
Gudang
penyimpanan harus dibersihkan dari hama penyakit sebelum digunakan.
c.
Bila diperlukan
bisa gunakan pestisida yang dianjurkan.
2.11.Panen.
2.11.1 Ciri dan Umur Panen.
Umur panen
pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman.
Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium
120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik
tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna
kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah
berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen
kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas
bila digosok dengan jari.
2.11.2. Cara Panen.
Waktu
memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan
dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut:
cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan
menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh.
Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
2.12.Pasca panen.
a. Penyortiran
dan Penggolongan.
Umbi yang
baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan
ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir
berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas).
b. Penyimpanan.
Simpan umbi
kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat penyimpanan
dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di
tempat yang tertutup dan berventilasi.
c.
Pengemasan dan Pengangkutan.
Alat
pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus
berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan
selama pengangkutan.
d.
Pembersihan.
Petani
konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di
pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu.
Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan
perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat
dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras
kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi
selain itu juga akan menarik konsumen.
2.13.
Standar Produksi.
2.13.1.
Klasifikasi dan Standar Mutu.
Menurut ukuran berat, kentang segar
digolongkan dalam.
a.
Kecil: 50 gram kebawah.
b.
Sedang: 51-100 gram.
c.
Besar: 101-300 gram.
d.
Sangat besar: 301 gram ke atas.
Menurut
jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan
mutu II:
a.
Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu
II=seragam.
b. Keseragaman
ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c. Kerataan
permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
d. Kadar kotor
(bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
e. Kentang
cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f. Ketuaan
kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk
mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian yang
meliputi:
a. Penentuan
keseragaman ukuran kentang.
Timbang
seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan
butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan
timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran
berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka contoh dianggap seragam.
b. Penentuan
kerataan permukaan kentang.
Timbang
seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam
cuplikan. Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm
sama/kurang dari 10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan
rata.
c.
Penentuan kadar kotoran.
Timbanglah
sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah
yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang
disediakan khusus untuk itu. Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat
masing-masing.
d.
Penentuan cacat pada kentang segar.
Timbang
seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan
butir-butir yang cacat dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat
butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan
bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap Mutu II.
e.
Penentuan ketuaan pada kentang segar
Timbanglah
seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir
yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir contoh
yang kulitnya mengelupas beratnya lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang
dari 5%, maka cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka
cuplikan dianggap cukup tua.
2.13.2.
Pengemasan
Kentang
disajikan dalam bentuk utuh dan segar. Dikemas dengan keranjang/bahan lain
dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu kemudian
diikat dengan tali rotan/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan.
Di dalam keranjang atau kemasan diberi label yang
bertuliskan :
a.
Nama barang.
b. Jenis mutu.
c. Nama/kode
perusahaan/eksportir.
d. Berat netto.
e. Produksi
Indonesia.
f. Negara/tempat
tujuan.
III.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang didapat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.
Teknis
budidaya tanaman kentang adalah meninjau syarat pertumbuhan tanaman kentang
dari aspek letak strategis, keadaan topografi tanah, dan keadaan suhu dan
kelembaban, keadaan curah hujan, keadaan angin, faktor sinar matahari.
2.
Proses persiapan lahan yaitu mencangkul tanah,
menggemburkan tanah, membuat bedengan, membuat saluran air dan meratakan tanah.
3.
Dengan lahan seluas satu hektar diperlukan bibit
kentang sebanyak 1200-1500 kg yang berat tiap umbinya antara 30-40
gram.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
4.
Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk
kandang atau diantara umbi bibit dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan
kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk tanaman kentang bervariasi,
tergantung pada varietas kentang, jenis tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan
musim.
5.
Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila
tidak turun hujan. Apalagi pada musim kemarau.
6.
Proses pendangiran dan penyiangan dilakukan agar
pertumbuhan tanaman kentang menjadi lebih baik.
7.
Pembumbunan yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi
karena bisa mengganggu pernapasan tanaman kentang di dalam tanah.
8.
Biasanya pada
umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena itu, bunga
sebaiknya dipangkas sebelum mekar.
9.
Dalam ilmu botani, varietas kentang dicirikan dengan
bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang
dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
10.
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180
hari, tergantung varietas tanaman.
11.
Proses pasca panen terdiri dari penyortiran dan
penggolongan, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan serta pembersihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.2012.
Budidaya Tanaman Kentang. http://bestbudidayatanaman.
blogspot.com/2012/12/Budidaya-Kentang-Budidaya-Tanaman-Kentang-dan-Cara-Menanam-Kentang.html.
Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 19.05 WIB.
Anonym.
2011. Cara Menanam Kentang. http://konsultasisawit.
blogspot.com/2011/11/makalah-cara-menanam-kentang-terlengkap.html. Diakses pada tanggal
22 September 2013 pukul 19.53 WIB.
Anonym.
2007. Budidaya Kentang. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kentang.html.
Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 20.03 WIB.
Bonus
Trubus. 1998. Analisis Komoditas Kebal Resesi. Kanisius:Yogyakarta
Parabowo, Abror Yudi.2007.Budidaya Kentang(terhubung
berkala)
Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang.
Kanisius:Yogyakarta.